Beberapa dari Anda yang pernah menjalani operasi besar mungkin pernah mendengar dokter yang memegang kendali administrasi anestesi meminta Anda untuk menghitung mundur mulai dari angka 20, atau juga dari 10.
hitung mundur anestesi umum
Mengapa?
Kebanyakan obat anestesi umum atau bius total disalurkan melalui intravena atau melalui inhalasi.
Karena injeksi agen atau obat anestesi melalui pembuluh darah vena bekerja lebih cepat dari inhalasi, metode ini lebih sering digunakan pada ruang bedah karena sifat urgensi sebuah operasi untuk menciptakan kondisi optimal pelaksanaan pembedahan. Setelah memasuki sistem sirkulasi tubuh, agen atau obat anestesi menyebar ke sistem saraf sentral dan motorik yang mengatur pergerakan.
Dan dibutuhkan waktu sekitar 10 – 20 detik sampai penerima memasuki tahap reversibel atau kehilangan kesadaran total.
Untuk memeriksa pengaruh kerja agen atau obat anestesi yang sudah diberikan kepada pasien, dokter ataupun suster anestesi akan melihat respon seperti membuka mata, berbicara dan motorik pasca injeksi.
Dan cara yang dianggap paling ideal untuk menghitung waktu kerja agen atau obat anestesi yang sudah diadministrasikan adalah dengan meminta pasien menghitung mundur mulai dari angka 10.
Beberapa faktor yang diperhatikan oleh dokter sebelum pemberian obat anestesi antara lain :
Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI)
Catatan kesehatan pasien
Usia
Jenis obat yang sedang dikonsumsi
Waktu berpuasa
Konsumsi alkohol atau obat psikotropika
Inspeksi mulut, gigi dan saluran sirkulasi
Observasi fleksibilitas rotasi leher
Jika beberapa faktor setelah evaluasi medis dianggap tidak mendukung, maka dokter anestesi harus meninjau kembali pemberian jenis dan takaran obat anestesi karena dapat berakibat terhadap penolakan sistem tubuh kepada obat anestesi, tekanan darah yang meningkat sampai batas bahaya atau beberapa kondisi yang tidak diinginkan saat operasi berlangsung.
Namun di luar faktor-faktor tersebut beberapa orang memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap obat-obatan daripada biasanya akan menyebabkan efek agen atau obat anestesi bekerja lebih lama.
Beberapa dokter yang pernah menangani pasien seperti ini terbiasa dengan hitungan mundur dengan angka yang lebih tinggi.
Menurut Atkinson dalam jurnal Tolerance in Drosophila (2009), toleransi fisiologi terhadap ethanol sebagai salah satu komponen utama anestesia umum dibagi menjadi 2 :
Toleransi Pharmacokinetic yang sering disebut sebagai toleransi metabolisme disebabkan oleh konsumsi obat yang berlebih atau konsumsi obat yang lebih rendah dari takaran yang dianjurkan
Toleransi Pharmacodynamic adalah proses adaptasi pada tingkat seluler yang menyebabkan penolakan terhadap efek obat-obatan. Toleransi pada tingkat saraf merupakan bahan kajian yang sangat menarik bagi para neurobologist atau ahli saraf karena toleransi seperti ini dianggap sebagai suatu perubahan atau anomali pada aktivitas sistem saraf.
Selain untuk memastikan pasien sudah memasuki tahap reversibel atau kehilangan kesadaran total, dokter anestesi juga dapat meminta pasien berbicara untuk melihat kemungkinan adanya regurgitasi atau muntah saat pengadministrasian agen atau obat anestesi.
Regurgitasi atau muntah terjadi karena pasien kehilangan kontrol sistem sirkulasi.
Secara alami tubuh memiliki refleks muntah (gagging reflex) yang merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap benda asing yang mencoba masuk melalui faring, laring atau trakea.
Penggunaan agen atau obat anestesi dapat mengganggu kerja gagging reflex ini.