Sepsis merupakan penyebab utama kematian di Intensive Care Unit (ICU), sebanyak 15% yang dirawat ICU adalah dengan diagnosis sepsis, dan dua pertiga dari tersebut jatuh dalam kondisi syok sepsis.
Penderita yang dirawat di ICU juga terkadang memiliki penyakit penyerta yang memperberat kondisi pasien dan atau terjadi kegagalan organ yang meningkatkan angka kematian. Dalam observasi di ICU Piedmont dari 305 pasien sepsis berat yang terbanyak adalah pasien infeksi paru sebanyak 60% sedangkan pasien infeksi abdominal menepati urutan kedua sebanyak 39%.
Observasi yang dilakukan Complicated IAI Observational World (CIAOW) tahun 2014 sumber infeksi intra abdominal menempati urutan ke 3 sebanyak 14,3% setelah apendiks 34,6% dan cholecystitis 14,8% adapun mortalitas dari Intraabdominal Infection (IAI) ini adalah 10,7%. Etiologi IAI terbanyak disebabkan bakteri gram negatif Escheria coli dan pada gram positif Enterococus faecalis.
Gagal jantung menurut American Heart Association (AHA) didefinisikan sebagai sindrom klinis kompleks akibat dari gangguan struktur, gangguan fungsi ventrikel dan juga disebabkan gangguan pemompaan darah sehingga oksigen tidak bisa dihantarkan untuk mencukupi metabolisme ke jaringan perifer. Manifestasi utamanya yaitu sesak napas dan kelelahan.
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) dalam studinya menyimpulkan bahwa penyebab congestive heart failure (CHF) adalah yang terbanyak penyakit jantung iskemik 62%, rokok 16%, hipertensi 10% obesitas 3%, dan penyakit katup jantung 2%.3
Laporan Kasus
Seorang laki-laki 68 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut disertai sesak napas 1 hari sebelumnya. Sebelumnya pasien mengeluhkan demam tinggi. Pasien dengan riwayat hipertensi tanpa pengobatan teratur. Penyakit komorbid seperti diabetes melitus, asma serta penyakit lainnya disangkal.
Pasien mengkonsumsi obat herbal untuk menurunkan asam urat sejak 6 bulan. Pasien datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 90/50mmHg, nadi 108x/menit regular lemah, laju napas 36x/menit dengan suhu 38,6°C, dari pemeriksaan fisik didapatkan dengan distensi abdomen disertai defans muskular seluruh lapang abdomen disertai akral dingin dan pucat.
Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap dengan hasil Hb 15,3g/dL; Ht 43,8%; Leukosit 6,800/mm3; Trombosit 209.000/mm3.; Ureum 50 mg/dL; Kreatinin 2,3 mg/dL; Gula darah 99 g/dL; SGOT 26 U/L; SGPT 30 U/L; Albumin 3,8 g/dL; Na/K/Cl 139/3,8/105 mmol/L; PT 13,1-10,2; INR 1,09; APTT 36,3-24,7; dengan EKG sinus ritmik 60x/menit dengan left bundle branch block dan Ro Thorax dengan CTR 66%, HHD disertai elongatio aorta. Diagnosa pasien ini dengan peritonitis et causa perforasi gaster.
Pasien dilakukan laparatomi eksplorasi dengan General Anesthesia (GA) intubasi menggunakan isoflurane. Intraop didapatkan perforasi gaster dengan ukuran 1×1 cm dan dilakukan penjahitan primer pada defek luka. Perdarahan intraop kurang lebih 100ml dan diberikan cairan kristaloid 2000mL dan koloid 500mL. Operasi berjalan selama kurang lebih 2 jam.
Pascapembedahan pasien ditransfer ke ICU. Pada saat masuk ICU pasien terintubasi dari kamar operasi, dengan gambaran makrosirkulasi perfusi dingin, basah dan pucat, TD 88/52 mmHg, Nadi 120 x/mnt, Hb: 12,21 mg/dl, Ht 35,9% , dan gambaran perfusi jaringan (mikrosirkulasi) hipoperfusi (laktat: 9,7 mmol/L). Fungsi ginjal menurun, oligouria (<0,5 mL/kg/jam) dan ureum darah: 50 mg/dL, kreatinin serum: 2,3 mg/dL. Natrium (135 mEq/L), Chlor (106 mEq/L) dan kalium (5,0 mEq/L). Parameter infeksi : leukosit 13.000/mm3, procalcitonin: >200 ng/mL dan CRP 287,3 serta balans kumulatif +3100. Pasien dengan asesmen sepsis syok e.c intra abdominal infection (IAI), acute kidney injury (AKI) dan acute decompensated heart failure (ADHF). Pasien diberikan topangan ventilator dengan pola PCV 14 PS 10 PEEP 5 FiO2 1,0à SIMV 12, PS 10, PEEP: 5, FiO2: 0,5. Terapi farmakologi lainnya berupa midazolam 3mg/jam, fentanil 30mcg/jam, meropenem 1gr/8jam cairan ringer lactate 1000 cc/24 jam serta omeprazole /24jam.